Jumat, 24 Oktober 2014

Sultan Muhammad Al-Fatih

Kejayaan Islam oleh Sultan Muhammad Al-Fatih

Khilafah


Kalau ada sosok yang ditunggu-tunggu kedatangannya sepanjang sejarah Islam, dimana setiap orang ingin menjadi sosok itu, maka dia adalah sang penakluk Konstantinopel. Bahkan para shahabat Nabi sendiri pun berebutan ingin menjadi orang yang diceritakan Nabi SAW dalam sabdanya.
Betapa tidak, beliau Nabi SAW memang betul-betul memuji sosok itu. Beliau bersabda

Betapa tidak, beliau Nabi SAW memang betul-betul memuji sosok itu. Beliau bersabda “Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.”
[H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335].


Dari Abu Qubail berkata: Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya: Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Rumiyah?
Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Abdullah berkata: Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Rumiyah/Roma?
Rasul menjawab, “Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.” Yaitu: Konstantinopel.
(HR. Ahmad, ad-Darimi, Ibnu Abi Syaibah dan al-Hakim)

Hadits ini dishahihkan oleh al-Hakim. Adz-Dzahabi sepakat dengan al-Hakim. Sementara Abdul Ghani al-Maqdisi berkata: Hadits ini hasan sanadnya. Al-Albani sependapat dengan al-Hakim dan adz-Dzahabi bahwa hadits ini shahih. (Lihat al-Silsilah al-Shahihah 1/3, MS)
Ada dua kota yang disebut dalam nubuwwat nabi di hadits tersebut; 

1. Konstantinopel
Kota yang hari ini dikenal dengan nama Istambul, Turki. Dulunya berada di bawah kekuasaan Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks. Tahun 857 H / 1453 M, kota dengan benteng legendaris tak tertembus akhirnya runtuh di tangan Sultan Muhammad al-Fatih, sultan ke-7 Turki Utsmani.
2. Rumiyah
Dalam kitab Mu’jam al-Buldan dijelaskan bahwa Rumiyah yang dimaksud adalah ibukota Italia hari ini, yaitu Roma. Para ulama termasuk Syekh al-Albani pun menukil pendapat ini dalam kitabnya al-Silsilah al-Ahadits al-Shahihah.

Konstantinopel telah dibuka 8 abad setelah Rasulullah menjanjikan nubuwwat tersebut. Tetapi Roma, hingga hari ini belum kunjung terlihat bisa dibuka oleh muslimin. Ini menguatkan pernyataan Nabi dalam hadits di atas. Bahwa muslimin akan membuka Konstantinopel lebih dulu, baru Roma.
Itu artinya, sudah 15 abad sejak Rasul menyampaikan nubuwwatnya tentang penaklukan Roma, hingga kini belum juga Roma jatuh ke tangan muslimin.

Penakhlukan Konstantinopel


Sultan Muhammad Al-Fatih 
Sultan Mehmed II atau juga dikenal sebagai Muhammad Al-Fatih merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur.  
Nama:            Sultan Muhammad Al-Fatih / Fatih Sultan Mehmet II
Lahir:             30 Maret 1432, Edirne, Turki 
Memerintah: 1451 – 3 Mei 1481
Bahasa:          Turkish, French, Latin, Greek, Serbian, Persian, Arabic, dan Hebrew.
Pendahulu:    Sultan Murad II
Pengganti:     Bayezid II
Meninggal:     3 Mei 1481  (berusia 49) Hünkârçayırı, dekat Gebze
Anak:             Bayezid II, Sultan Cem, Mustafa Pasha, Gevherhan, Korkud 

Ringkasan Kisah
 
Sultan Muhammad Al-Fatih merupakan seorang sultan Turki Utsmani yang menaklukkan Kekaisaran Romawi Timur. Mempunyai kepakaran dalam bidang ketentaraan, sains, matematika dan menguasai 6 bahasa saat berumur 21 tahun. Dari sudut pandang Islam, ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang hebat, pilih tanding, dan tawadhu' setelah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di 'Ain Al-Jalut melawan tentara Mongol).
Kejayaannya dalam menaklukkan Konstantinopel menyebabkan banyak kawan dan lawan kagum dengan kepemimpinannya serta taktik dan strategi peperangannya yang dikatakan mendahului pada zamannya dan juga kaedah pemilihan tentaranya. Ia merupakan anak didik Syekh Syamsuddin yang masih merupakan keturunan Abu Bakar As-Siddiq.

Ia jugalah yang mengganti nama Konstantinopel menjadi Islambol (Islam keseluruhannya). Kini nama tersebut telah diganti oleh Mustafa Kemal Ataturk menjadi Istanbul. Untuk memperingati jasanya, Masjid Al Fatih telah dibangun di sebelah makamnya.
Diceritakan bahwa tentara Sultan Muhammad Al Fatih tidak pernah meninggalkan salat wajib sejak baligh & separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan salat tahajjud sejak baligh. Hanya Sulthan Muhammad Al Fatih saja yang tidak pernah meninggalkan salat wajib, tahajud & rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.

Awal Pemerintahan 

Muhammad Al-Fatih lahir di Edirne, Ibu Kota Pemerintahan Utsmani, pada tanggal 30 Maret 1432. Ayahnya adalah Sultan Murad II (1404-1451) dan ibunya Valide Sultan Huma Hatun, lahir di wilayah Provinsi Kastamonu Devrekani, adalah anak dari Abd’Allah Hum. Meskipun dari daerah asal ibunya diketahui, namun etnisnya dalam perdebat. Huma artinya seorang gadis/wanita dari Hum, ayah namanya Abd’Allah yang berarti Hamba Allah (adalah nama yg tdk dikenal yang digunakan pada periode Utsmani untuk menggambarkan laki-laki Kristen yang masuk Islam namun yang paling memungkinkan adalah menunjukkan keturunan Yunani beragama kristen pada saat itu).
Ketika Muhammad Al-Fatih berumur 11 tahun, ia dikirim ke Amasya untuk mengatur dan memperoleh pengalaman sesuai kebiasaan penguasa Utsmani sebelum waktunya. Setelah Sultan Murad II berdamai dengan Emirat Karaman di Anatolia pada Agustus 1444, ia menyerahkan takhta kepada Muhammad Al-Fatih yang berusia 12 tahun.
Dalam pemerintahannya yang pertama, selama memimpin perang salib oleh János Hunyadi, Muhammad Al-Fatih meminta ayahnya Murad II untuk merebut kembali takhta, tetapi Murad II menolak. Marah pada ayahnya, yang sudah lama pensiun untuk hidup kontemplatif di Anatolia barat daya, Muhammad Al-Fatih menulis: “Jika Anda Sultan, datanglah dan pimpin pasukan Anda. Jika saya Sultan, maka dengan ini saya minta anda datang dan memimpin pasukan saya” surat ini menunjukkan bahwa Muhammad Al-Fatih memimpin pasukan Ottoman dan memenangkan Pertempuran Varna pada 1444.
Dikisahkan juga bahwa Muhammad Al-Fatih naik tahta dipaksa oleh Chandarli Khalil Pasha, wazir agung pada saat itu, yang tidak menyukai pemerintahan Muhammad Al-Fatih, karena guru Muhammad Al-Fatih berpengaruh pada dirinya dan tidak menyukai Chandarli. Chandarli kemudian dieksekusi oleh Muhammad Al-Fatih selama pengepungan Konstantinopel dengan alasan bahwa dia telah disuap oleh atau entah bagaimana membantu Konstantinopel.
Di bawah pemerintahan awal, ia menikah dengan seorang Kristen Albania Valide Sultan Amina Gul-Bahar yang merupakan ibu dari penggantinya (Bayazid II). Menurut cerita rakyat Turki dia adalah seorang putri Perancis yang diculik oleh Muhammad Al-Fatih.

 

Penaklukkan Konstantinopel
Istanbul atau yang dulu dikenal sebagai Konstantinopel, adalah salah satu kota termasyhur dunia. Kota ini tercatat dalam tinta emas sejarah Islam khususnya pada masa Kesultanan Utsmaniyah, ketika meluaskan wilayah sekaligus melebarkan pengaruh Islam di banyak negara. Kota ini didirikan tahun 330 M oleh Maharaja Bizantium yakni Constantine I. Kedudukannya yang strategis, membuatnya punya tempat istimewa ketika umat Islam memulai pertumbuhan di masa Kekaisaran Bizantium. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga telah beberapa kali memberikan kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam seperti dinyatakan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pada perang Khandaq.


Para khalifah dan pemimpin Islam pun selalu berusaha menaklukkan Konstantinopel. Usaha pertama dilancarkan tahun 44 H pada zaman Mu'awiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu 'Anhu. Akan tetapi, usaha itu gagal. Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman Khilafah Umayyah. Di zaman pemerintahan Abbasiyyah, beberapa usaha diteruskan tetapi masih menemui kegagalan termasuk pada zaman Khalifah Harun al-Rasyid tahun 190 H. Setelah kejatuhan Baghdad tahun 656 H, usaha menawan Konstantinopel diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur (Anatolia) terutama Kerajaan Seljuk. Pemimpinnya, Alp Arselan (455-465 H/1063-1072 M) berhasil mengalahkan Kaisar Roma, Dimonos (Romanus IV/Armanus), tahun 463 H/1070 M. Akibatnya sebagian besar wilayah Kekaisaran Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk.


Awal kurun ke-8 Hijriyah, Daulah Utsmaniyah mengadakan kesepakatan bersama Seljuk. Kerjasama ini memberi napas baru kepada usaha umat Islam untuk menguasai Konstantinopel. Usaha pertama dibuat pada zaman Sultan Yildirim Bayazid saat dia mengepung kota itu tahun 796 H/1393 M. Peluang yang ada telah digunakan oleh Sultan Bayazid untuk memaksa Kaisar Bizantium menyerahkan Konstantinopel secara aman kepada umat Islam. Akan tetapi, usahanya menemui kegagalan karena datangnya bantuan dari Eropa dan serbuan bangsa Mongol di bawah pimpinan Timur Lenk.

Selepas Daulah Utsmaniyyah mencapai perkembangan yang lebih maju dan terarah, semangat jihad hidup kembali dengan nafas baru. Hasrat dan kesungguhan itu telah mendorong Sultan Murad II (824-863 H/1421-1451 M) untuk meneruskan usaha menaklukkan Kostantinopel. Beberapa usaha berhasil dibuat untuk mengepung kota itu tetapi dalam masa yang sama terjadi pengkhianatan di pihak umat Islam. Kaisar Bizantium menabur benih fitnah dan mengucar-kacirkan barisan tentara Islam. Usaha Sultan Murad II tidak berhasil sampai pada zaman anak beliau, Sultan Muhammad Al-Fatih (Mehmed II), sultan ke-7 Daulah Utsmaniyyah.


Semenjak kecil, Muhammad Al-Fatih telah mencermati usaha ayahnya menaklukkan Konstantinopel. Bahkan beliau mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat baginya meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau naik tahta pada tahun 855 H/1451 M, dia telah mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menawan kota bandar tadi. Kekuatan Sultan Muhammad Al-Fatih terletak pada ketinggian pribadinya. Sejak kecil, dia dididik secara intensif oleh para ‘ulama terulung di zamannya. Di zaman ayahnya, yaitu Sultan Murad II, Asy-Syeikh Muhammad bin Isma’il Al-Kurani telah menjadi murabbi Amir Muhammad (Al-Fatih). Sultan Murad II telah menghantar beberapa orang ‘ulama untuk mengajar anaknya sebelum itu, tetapi tidak diterima oleh Amir Muhammad. Lalu, dia menghantar Asy-Syeikh Al-Kurani dan memberikan kuasa kepadanya untuk memukul Amir Muhammad jika membantah perintah gurunya.


Waktu bertemu Amir Muhammad dan menjelaskan tentang hak yang diberikan oleh Sulthan, Amir Muhammad tertawa. Dia lalu dipukul oleh Asy-Syeikh Al-Kurani. Peristiwa ini amat berkesan pada diri Amir Muhammad lantas setelah itu dia terus menghafal Al-Qur’an dalam waktu yang singkat. Di samping itu, Asy-Syeikh Ak Samsettin (Syamsuddin) merupakan murabbi Sultan Muhammad Al-Fatih yang hakiki. Dia mengajar Amir Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur’an, hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya.

Syeikh Ak Samsettin lantas meyakinkan Amir Muhammad bahwa dia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di dalam hadits pembukaan Kostantinopel. Ketika naik takhta, Sultan Muhammad segera menemui Syeikh Semsettin untuk menyiapkan bala tentara untuk penaklukan Konstantinopel. Di hadapan tentaranya, Muhammad Al-Fatih lebih dahulu berkhutbah mengingatkan tentang kelebihan jihad, kepentingan memuliakan niat dan harapan kemenangan di hadapan Allah Subhana Wa Ta’ala. Dia juga membacakan ayat-ayat Al-Qur’an mengenainya serta hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tentang pembukaan kota Konstantinopel. Ini semua memberikan semangat yang tinggi pada bala tentera dan lantas mereka menyambutnya dengan zikir, pujian dan doa kepada Allah Subhana Wa Ta’ala.
  
Pada 1453 Muhammad Al-Fatih memulai pengepungan Konstantinopel dengan pasukan antara 80.000 sampai 200.000 pasukan dan dari 320 kapal angkatan laut. Kota ini sekarang dikelilingi oleh laut dan tanah; armada di pintu masuk Bosphorus yang membentang dari pantai ke pantai dalam bentuk sabit, untuk menangkal atau menolak bantuan apapun dari laut untuk dikepung.


Pada awal April, Pengepungan Konstantinopel dimulai. Beberapa serangan menemui kesulitan, tembok kota Konstantinopel berhasil dipertahankan walaupun telah di bombardir dengan menggunakan Meriam Orbán baru, sebuah meriam mirip dengan meriam Dardanella. Pertahanan Konstantinopel begitu kuat bahkan Pelabuhan Golden Horn diblokir oleh rantai booming dan dipertahankan oleh 28 kapal perang. Pada tanggal 22 April Muhammad Al-Fatih mengangkut kapal perang ringannya melewati daratan memutari koloni Genoa Galata menuju Golden Horn pantai utara; delapan puluh kapal diangkut dari Bosphorus setelah membuat paving dari kayu sepanjang kurang lebih satu mil. Setelahnya pasukan Bizantium membentang lebih panjang lagi lagi dari panjang dinding. Konstantinopel berhasil ditaklukkan pada tanggal 29 Mei setelah pengepungan lima puluh tujuh hari, kemudian Muhammad Al-Fatih memindahkan ibukota Utsmani dari Adrianopel ke Konstantinopel.


Setelah Jatuhnya Konstantinopel, Muhammad Al-Fatih mengklaim gelar “Kaisar” Roma (-Kayser i Rûm)”, meskipun klaim ini tidak diakui oleh Patriark Konstantinopel, atau Kristen Eropa. Klaim Muhammad Al-Fatih mengacu pada konsep bahwa Konstantinopel adalah pusat Kekaisaran Romawi, setelah transfer modal ke Konstantinopel pada tahun 330 sebelum masehi dan jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat. Muhammad Al-Fatih juga memiliki garis keturunan darah keluarga Kekaisaran Bizantium, sebagai pendahulunya seperti Sultan Orhan ia telah menikah dengan seorang putri Bizantium. Dia tidak hanya berhak untuk mengklaim sebagai gelar, karena ada Kekaisaran Suci Romawi di Eropa Barat, yaitu Kaisar Frederick III, yang setelah dilacak garis keturunannya merupakan keturnan dari Charlemagne yang memperoleh gelar Kaisar Romawi ketika ia dimahkotai oleh Paus Leo III di tahun 800 – walaupun tidak pernah diakui oleh Kekaisaran Bizantium.

Penaklukan Asia
 
Penaklukan Konstantinopel mengijinkan Muhammad Al-Fatih untuk mengalihkan perhatiannya ke Anatolia. Muhammad Al-Fatih mencoba untuk menciptakan sebuah entitas politik yang tunggal di Anatolia dengan menaklukkan negara Turki yang disebut Beyliks dan Kekaisaran Yunani Trebizond di Anatolia timur laut dan bersekutu dengan Golden Horde di Crimea. Menyatukan Beyliks Anatolia pertama kali dilakukan oleh Sultan Bayazid I, lebih dari lima puluh tahun lebih awal dari Muhammad Al-Fatih tetapi dirusak kembali oleh Pertempuran Ankara 1402. Muhammad Al-Fatih memulihkan kekuatan Turki Utsmani pada negara-negara lain dan penaklukan ini memungkinkan dia untuk mendorong lebih lanjut ke Eropa.
 
Entitas politik lain yang membentuk kebijakan Timur Muhammad Al-Fatih adalah Domba Putih Turcomans. Dengan pimpinan Uzun Hasan, kerajaan Turcoman ini mendapatkan kekuasaan di Timur, tetapi karena hubungannya terlalu kuat dengan kekuasaan Kristen seperti Kekaisaran Trebizond dan Republik Venesia serta aliansi antara Turcomans dan KaramanoÄŸlu Tribe, maka Muhammad Al-Fatih melihat mereka sebagai ancaman terhadap kekuatan sendiri. Ia memimpin kampanye yang sukses melawan Uzun Hasan pada 1473 dan meraih kemenangan mutlak dari Kekaisaran Ottoman dalam Pertempuran Otlukbeli.

Penaklukan Eropa 
Setelah menaklukan Konstantinopel, Muhammad Al-Fatih juga pergi untuk menaklukkan Despotate dari Morea di Peloponnese di tahun 1460, dan Kekaisaran Trebizond di Anatolia timur laut pada 1461. Dua terakhir sisa-sisa kekuasaan Bizantium yang disatukan oleh Kekaisaran Ottoman. Muhammad Al-Fatih maju ke Eropa Timur hingga Belgrade, dan berusaha menaklukkan kota dari John Hunyadi pada Pengepungan Belgrade di 1456. Komandan Hungaria berhasil mempertahankan kota dan Ottoman mundur dengan kerugian besar tetapi pada akhirnya, Ottoman menduduki hampir semua Serbia. Pada 1463, setelah sengketa upeti tahunan oleh kerajaan Bosnia, Muhammad Al-Fatih menyerang dan menaklukkan Bosnia dengan sangat cepat, dan mengeksekusi raja Bosnia terakhir Stjepan TomaÅ¡ević.

Dia juga ikut campur ke dalam sebuah konflik dan dikalahkan oleh Pangeran Vlad III Dracula dari Wallachia pada 1462 pada Serangan Malam. Kemudian, Muhammad Al-Fatih membantu Radu Å¢epeÅŸ, saudara Vlad, untuk mengambil pembalasan dari kerugian militer Ottoman. Dengan segera Radu dan batalion Rumania janisari sebagai kekuatan tunggal berhasil mengalahkan Dracula Vlad III utara dari Danube setelah beberapa bulan pertempuran, Radu juga berhasil mengambil kendali Wallachia dan dianugerahi gelar “Bey” pada tahun yang sama. Saudaranya Vlad (Sang Dracula) kehilangan semua kekuasaannya dan melarikan diri dari negaranya.


Tahun 1475, Ottoman menderita kekalahan besar di tangan Stephen yang Agung dari Moldavia pada Pertempuran Vaslui. Pada 1476, Muhammad Al-Fatih meraih kemenangan terhadap Stephen di Pertempuran Valea Alba dan hampir menghancurkan semua tentara Moldovian yang relatif kecil. Lalu, ia menyerang ibukota Suceava, tapi tidak bisa mengambil kastil Târgu Neamţ, maupun benteng Suceava. Dikarenakan wabah penyakit menyerang di kamp serta suplai makanan dan air yang sangat langka, Muhammad Al-Fatih terpaksa mundur sehingga Stephen dapat memperkuat pasukannya dan Dracula berbalik dari pengasingan berbaris dengan 30.000 tentara yang kuat untuk membantu Moldavia.


Muhammad Al-Fatih menginvasi Italia pada 1480. Tujuan dari invasi adalah untuk menangkap Roma dan “menyatukan kembali Kekaisaran Romawi”. Sepertinya dia mungkin dapat melakukannya dengan mudah setelah menguasai Otranto di 1480 tapi Otranto direbut kembali oleh pasukan Kepausan pada tahun 1481 setelah kematian Muhammad Al-Fatih.


Perlawanan orang-orang Albania di Albania antara 1443 dan 1468 yang dipimpin oleh George Kastrioti Skanderbeg (İskender Bey), seorang Albania yang dihormati dan mantan anggota elite penguasa Ottoman, mencegah perluasan Ottoman ke semenanjung Italia. Skanderbeg telah menyatukan kerajaan-kerajaan Albania dalam melawan Kekaisaran di Liga Lezhë di 1444. Muhammad Al-Fatih akhirnya membalikkan momentum Skanderbeg, dengan menciptakan suatu kekuatan otonom Albania Muslim di bawah kepemimpinan Iljaz Hoxha, Hamza Kastrioti dan batalion Janissary Albania yang akhirnya menangkap Krujë dan sangat setia kepada Sultan dan seluruh Kekaisaran Ottoman.


Konflik-konflik militer antara Utsmani dan kekuatan Eropa menunjukkan bahwa kehadiran Ottoman di Eropa bukan situasi temporer. Selama masa pemerintahan Muhammad Al-Fatih, pasukan Balkan itu tidak sepenuhnya dikalahkan oleh mesin perang Ottoman, namun tidak bisa menghentikannya juga.

Istanbul, Turki
Istanbul, Turki
 
 






Ankara, Turki


Join us with me

Tidak ada komentar:

Posting Komentar